“Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau me...
Perkataan "sukar bagimu menendang ke galah rangsang" ini adalah perkataan Tuhan Yesus kepada Saulus.
Arti dan Maksud “Menendang Ke Galah Rangsang"
Kalimat "menendang ke galah rangsang" adalah pepatah Yunani yang berarti “melawan yang ilahi” atau “melawan takdir”.
Nah, Galah Rangsang itu sendiri adalah tongkat yang ujungnya runcing dan tajam yang dibuat untuk mengarahkan binatang peliharaan (kebanyakan untuk lembu, sapi, keledai, gajah) agar tetap berjalan / bekerja sesuai yang diinginkan oleh pemiliknya. Ujung tongkat yang tajam biasanya dibuat dari besi. Umumnya alat ini digunakan pada saat membajak, membawa beban berat, menarik benda berat, memindahkan barang, ataupun saat mengadakan perjalanan.
Gambaran yang diberikan disini berkaitan dengan “menendang ke galah rangsang” adalah seperti tindakan lembu yang menendangi tongkat yang ujungnya runcing, yang justru membuat lembu itu makin menderita, dan menambah kesukaran dan kerugian bagi si lembu itu sendiri.
Sudah pasti pemilik lembu itu sengaja melakukan tusukan dengan ujung tongkatnya yang tajam itu, sehingga terasa seperti sengatan dan menimbulkan rasa sakit kepada si lembu. Kadang hanya memukul dengan menggunakan tongkat saja atau bersifat gertakan saja seakan-akan menusuk atau memukul. Namun jika si lembu yang justru sengaja menendang ke galah rangsang (tongkat ujung tajam) maka jelas ini menambah kesukaran, penderitaan dan rasa sakit bagi si lembu itu sendiri. Satu-satunya pilihan bagi si lembu adalah lebih baik menurut saja kepada si pemilik sapi dan tidak keluar jalur.
Biasanya pemilik lembu memegang tongkat itu dan akan melakukan tusukan (atau sekedar sengatan) dengan ujungnya tajam itu, sehingga menimbulkan rasa sakit kepada si lembu, supaya lembu itu mengikuti arahan atau jalur yang diinginkan oleh pemiliknya.
Maksudnya di sini adalah bahwa merupakan hal yang mendatangkan kesukaran, penderitaan, kerugian, dan kesi-siaan bagi diri lembu itu sendiri bila melawan arahan pemiliknya dengan cara keluar jalur.
Jadi kata-kata “Menendang Ke Galah Rangsang” kepada Saulus, berarti Saulus sedang melawan yang ilahi atau melawan Tuhan. Hal senada dengan Alkitab BIS yang mengatakan: Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menentang Dia yang berkuasa atasmu. (Kis 26:14)
Jadi maksud kalimat Tuhan Yesus “Sukar bagimu menendang ke galah rangsang” kepada Saulus ini adalah: bahwa Saulus mengalami kesukaran, penderitaan, kerugian, dan kesi-siaan bagi diri sendiri karena ia sedang melawan kehendak Tuhan. Satu-satunya pilihan bagi Saulus adalah lebih baik menurut saja kepada arahan dan tuntunan dari Tuhan yang berkuasa atas hidupnya.
Menariknya, dengan menggunakan kata-kata “Sukar bagimu menendang ke galah rangsang”, itu berarti Tuhan Yesus sedang menunjukkan posisi Saulus saat itu bagaikan seekor lembu yang menendang galah rangsang, yang mendatangkan kesukaran, kerugian, dan kesia-siaan bagi diri sendiri, karena melawan Tuhan dan tidak mau mengikuti arahan Tuhan sebagai Pemiliknya. Dengan demikian bisa diartikan bahwa pada saat kata-kata ini diucapkan, Tuhan sebagai Pemilik Saulus sedang mengarahkan Saulus ke jalur yang dikehendaki Tuhan.
Saulus Sebelum “Menendang Galah Rangsang”
Saulus sebelum menjadi seperti lembu yang “menendang ke galah rangsang”, ia pernah mendapat tuntunan Sang Pemilik untuk berada pada jalur yang benar.
Saulus mendengarkan tuntunan Tuhan untuk berada pada jalur yang benar melalui khotbah Stefanus dan perkataan-perkataan terakhir dari Stefanus sebelum mati dibunuh. Itu berarti, Saulus pernah mendengar pemberitaan Injil Yesus Kristus.
Bahkan bisa saja ia juga mendengar khotbah Petrus, karena jarak waktu khotbah Petrus dan khotbah Stefanus hanya ±1-2 tahun. Itu berarti bisa saja Saulus pernah mendengar dan melihat tanda dan mujizat di masa sesudah Petrus berkhotbah dan membaptis 3000 jiwa.
Saulus menolak berita Injil yang ia dengar pada waktu itu. Saulus lebih percaya bahwa kebenaran Allah didapat dan diusahakan dengan cara melakukan hukum taurat. Saulus menolak berita Injil bahwa oleh kasih karunia Allah, semua orang percaya telah dibenarkan dengan cuma-cuma melalui karya penebusan Tuhan Yesus Kristus.
Saulus menjadi seperti lembu yang menolak berada di jalur yang diinginkan Sang Pemilik. Ia sedang “menendang ke galah rangsang”.
Saulus Yang Sedang “Menendang Ke Galah Rangsang"
Saulus “menendang ke galah rangsang” berarti sama dengan Saulus sedang melawan kehendak Tuhan. Tindakannya yang menganiaya orang Kristen dan menjadi musuh Injil justru menempatkan dirinya seperti lembu yang menendang tongkat galah rangsang, di hadapan Tuhan. Ini jelas melawan Tuhan.
Saulus turut bertanggung jawab atas pembunuhan Stefanus martir Kristen pertama, Kis 7:57-58, 8:1.
Persetujuan Saulus atas kematian Stefanus, menandai dimulainya penganiayaan yang hebat terhadap pengikut Kristus, Kis 8:1b . Tokoh yang menggerakkan penganiayaan ini ialah Saulus. Kis 9:1-2 mengatakan betapa hati Saulus berkobar-kobar untuk menganiya jemaat Tuhan. Para orang Kristen dikejar, ditawan bahkan dibunuh dengan cara yang keji karena dianggap penganut aliran sesat. Upaya Saulus untuk menghabisi pengikut-pengikut Yesus tidak dapat dihentikan lagi. Ia sudah mendapatkan surat sakti dari majelis-majelis Yahudi yang memperlicin jalan untuk mencapai maksudnya itu. Lihat juga dalam Gal 1:13,23; 1Kor 15:9; Flp 3:6.

Sesudah bertobat, ia sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan Kekristenan ini dengan berkata: “Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota- kota asing.” (Kis 26:10,11).
Dalam perjalanannya ke Damsyik, ia mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Dan dalam penampakan itu, Tuhan Yesus memperjelas bahwa tindakan Saulus yang menganiaya pengikut Kristus itu merupakan tindakan yang menganiaya Tuhan itu sendiri. Saulus yang menganiaya orang Kristen, berarti dia menganiaya Kristus. Saat itu, ia mendengar Tuhan Yesus berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (Kis 9:4). Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berbicara kepadanya, termasuk kalimat “sukar bagimu menendang ke galah rangsang”.
Jadi semua tindakan Saulus yang menganiaya pengikut Kristus merupakan tindakan bertentangan dengan kehendak Tuhan, atau tindakan yang melawan Tuhan.
Kesukaran Yang Dialami Saulus Karena “Menendang Ke Galah Rangsang”
Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa “Sukar bagimu menendang ke galah rangsang”. Jadi karena memang Saulus sedang “menendang ke galah rangsang”, maka menjadi suatu pertanyaan: kesukaran apa yang sedang dialaminya karena “menendang ke galah rangsang”?
Sikap Saulus yang menolak Injil justru mendatangkan penderitaan, kesukaran, kerugian dan kesia-siaan bagi kehidupannya sendiri.
Pada waktu itu, Saulus menjadi buta. Ia tidak dapat melihat dan harus dituntun berjalan. Ini kesukaran yang terlihat secara fisik saja. Namun kesukaran dan penderitaan Saulus karena “menendang ke galah rangsang”, lebih kepada hal rohani dan berkaitan dengan kekekalan.
Saulus, seorang yang taat kepada hukum taurat dan dia merasa bahwa apa yang dia lakukan itu benar dan percaya bahwa ia sedang berbakti kepada Allahnya. Namun sesungguhnya Saulus telah kehilangan kemuliaan Allah, dan menjalani hidup penuh kejahatan dan kebrutalan. Tidak ada kasih dalam hidupnya. Ia dipenuhi dengan kebencian yang mendalam. Saulus sendiri mengatakan tentang hidupnya yang lama itu adalah hidup yang mati karena penuh kedurhakaan, tunduk pada keinginan daging dan pikiran yang jahat, hidup dibawah murka Allah. (Belakangan Saulus mengakui bahwa semua yang ada padanya dan yang dia banggakan sebelum mengenal Kristus, adalah suatu kerugian dan kesia-siaan belaka.)
Pada saat yang sama, Tuhan telah menawarkan kesempatan untuk hidup dibawah kasih karunia Tuhan kepada Saulus, melalui khotbah Petrus dan Stefanus di masa itu. Namun Saulus menolak. dan menolak dan mengabaikan tawaran hidup yang kekal dari Allah. Ini sungguh kerugian dan penderitaan yang sangat besar. Ia menyangkali dirinya membutuhkan Juruselamat. Ia ingin melakukan yang baik tetapi justru yang jahatlah yang dia lakukan. Ia menutupi kekosongan dalam hati dan hidupnya itu dengan cara melakukan pembunuhan terhadap orang Kristen, dengan harapan tindakan ini membenarkan hidupnya yang penuh dosa dan kejahatan dihadapan Tuhan. Sungguh hidup yang malang.
Itulah penderitaan paling mendasar dari Saulus yang “menendang ke galah rangsang”.
Dari “Penendang Galah Rangsang” Menjadi “Tawanan Roh Kudus”
Saulus bertobat. Ia memutuskan untuk tidak “menendang Galah Rangsang” lagi. Ia memutuskan menerima Yesus dalam hidupnya dan menyerahkan hidupnya kepada Sang Pemilik Kehidupannya.
Dalam perjumpaan dengan Yesus di perjalanan ke Damsyik, Saulus merespon panggilan Tuhan Yesus.
Perhatikan, bahwa setelah mendengar perkataan Yesus "Akulah Yesus yang kauaniaya itu”, Saulus langsung memutuskan untuk berada di jalurNya. Menariknya, dalam terjemahan NKJV dan Amp, Saulus langsung menanyakan apa kehendak / kerinduan Tuhan Yesus untuk hidupnya. “Lord, what do You want me to do?” (NKJV). “Lord, what do You desire me to do?” (Amp).
Kelak, ia bersaksi bahwa dari sejak perjumpaan dengan Kristus di perjalanan ke Damsyik, ia tidak pernah tidak taat melakukan kehendak / kerinduan Tuhan.
Di sini kita seharusnya dapat melihat dan memahami betapa besar kasih Allah bagi manusia. Ternyata Tuhan mengasihi Saulus yang sekalipun brutal, penuh kebencian, dan pembunuh orang Kristen. Bahkan kepada Ananias, Tuhan Yesus mengatakan bahwa sebenarnya Ia telah merancangkan kebaikan bagi Saulus dan menjadikan Saulus sebagai pemberita Injil bagi banyak orang.
Berkali-kali Saulus menceritakan masa lalunya tanpa malu dan bagaimana ia ditangkap Tuhan. Dan dalam setiap suratnya, Saulus berkali-kali mengulang tentang kasih karunia Tuhan buat hidupnya. Ia sungguh bersyukur atas kasih karunia Tuhan Yesus sehingga menyelamatkan hidupnya dan memilih hidupnya untuk memenangkan banyak orang. Ia tidak pernah undur dari Tuhan dan panggilan Tuhan atas hidupnya, sekalipun ia banyak mengalami kesukaran dan penderitaan sejak peristiwa perjumpaan itu. Pada satu suratnya, ia mengatakan bahwa hidupnya bagi Kristus dan mati adalah keuntungan. Dan juga, bahwa segala segala sesuatu yang dulu ia anggap keuntungan, sekarang dianggap rugi karena Kristus. Pengenalan akan Kristus lebih mulia dari pada segalanya.
Sebenarnya sesudah ia bertobat, Saulus mengalami banyak kesukaran dan penderitaan karena memberitakan Injil. Namun ia justru bersyukur karena baginya Yesus adalah segalanya dalam hidupnya. Semua kesukaran dan penderitaan yang ia alami tidak sebanding dengan kasih karunia dan kemuliaan Allah yang dimilikinya di dalam Kristus. Untuk hidupnya yang baru di dalam Kristus ini, Saulus bahkan rela mati untuk itu.
Tuhan memakai Paulus dengan luar biasa. Ia melakukan banyak kali perjalanan misi. Ia membuka banyak gereja. Ia melatih banyak orang untuk melayani. Ia memenangkan banyak jiwa bagi Tuhan. Ia menulis 13 kitab perjanjian baru.
Pada akhir hidupnya, dengan penuh keyakinan berkata bahwa ia mengakhiri pertandingan imannya dengan baik. Ia berada pada jalur kehendak Tuhan.
Dari “Penendang galah rangsang” menjadi tawanan Roh. Dari Pembunuh menjadi Rasul. Dari pelaku hukum taurat menjadi pemberita Injil. Dari hidup yang brutal menjadi hidup penuh kasih.
Haleluyah...!
COMMENTS