Saya masih sangat ingat judul dari sebuah acara di Gereja lebih dari 10 tahun yang lalu, "Yunus, Misionaris yang tidak berhati misi...
Saya masih sangat ingat judul dari sebuah acara di Gereja lebih dari 10 tahun yang lalu, "Yunus, Misionaris yang tidak berhati misi". Bahkan sampai sekarang, sangat sering karakter Yunus digambarkan sebagai sosok yang kurang baik dan tidak boleh ditiru. Sebenernya penggambaran ini sangat beralasan, mengingat reputasi dari tokoh Yunus tersebut, akan tetapi waktu saya membaca dan merenungkan kembali kisah dari Yunus, saya menemukan sebuah sisi lain yang jarang dibahas dari tokoh Yunus, ataupun dari Kitab Yunus. Sisi lain yang tidak saja membuat Yunus terlihat lebih baik daripada penggambaran yang sering kita lakukan, tetapi juga dengan cara yang sangat menarik menjelaskan tentang kasih Allah kepada manusia.
Kitab Yunus diawali dengan perintah Tuhan kepada Yunus untuk "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku" (Yunus 1:2), di pasal tiga dijelaskan kalau Tuhan menyuruh Yunus untuk berseru memperingatkan akan penghukuman Tuhan "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." (Yunus 3:4). Bukannya menuruti perintah Tuhan, satu ayat setelah perintah itu disampaikan, Yunus memilih untuk lari dari hadapan Tuhan dan pergi ke Tarsis (Yunus 1:3). Tindakan Yunus menimbulkan suatu konsekuensi yang cukup serius, badai pun datang (Yunus 1:4). Kapal yang ditumpangi Yunus hampir terpukul hancur, orang-orang pun panik luar biasa. Dimana Yunus saat semua orang panik? Dia malah tidur, udah gitu nyenyak lagi tidurnya! (Yunus 1:6)
Nah, mari kita cermati dulu sebentar, tidur-nya Yunus ini sebenarnya suatu hal yang sangat menarik. Coba pikirkan konteksnya, ini adalah perjanjian lama, dimana Kristus belum datang, dan Tuhan berbicara kepada manusia lewat perantaraan nabi-nabinya. Hukuman bagi nabi yang membangkang itu berat sekali dan seringkali datang secara supranatural. Dalam konteks seperti itu, kalau saya di posisi Yunus, saya rasa saya tidak mungkin tidur, mungkin seharian di kapal was-was, ada ombak dikit udah panik, Serem banget! Soalnya udah jelas-jelas melanggar perintah Tuhan. Tapi ini kok Yunus bisa tidur? Ini patut dipikirkan lebih jauh.
Kenapa Yunus bisa tidur begitu nyenyaknya? Ada dua alasan yang saya dapatkan dari kitab Yunus yang membuat karakter Yunus ini sangat menarik.
1. Yunus tahu tentang karakter kasih Tuhan.
Setelah bangsa niniwe bertobat dan malapetaka dari Tuhan tidak terjadi, Yunus marah, bener-bener marah, sampe minta mati pula. Aneh kan, mengingat dia baru saja hampir mati di perut ikan. Kalau kita lihat Yunus 4:1-3 disitu dijelaskan tentang kemarahan Yunus dan sebabnya:
"4:1. Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. 4:2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. 4:3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.""
Saya mendapati hal ini sangat penting, Yunus tahu bahwa Tuhan itu pengasih dan penyayang, bahkan sampai ke bangsa-bangsa lain. Ada banyak tokoh di perjanjian lama yang menggambarkan kasih Tuhan pada umat pilihannya, tapi berapa banyak sih yang menyadari luasnya kasih Tuhan ke bangsa-bangsa lain? Well, Yunus salah satunya, dia sadar betul kalau dia memperingatkan Niniwe, ada kemungkinan Niniwe akan bertobat dan hukuman Tuhan tidak jadi turun.
2. Yunus merasa bahwa tindakannya itu benar.
Balik ke bagian awal tadi, waktu Yunus nyenyak tidur, orang-orang bangunin dia dan membuang undi untuk mencari tahu siapa yang menyebabkan badai dahsyat itu. Yunus pun kena dan diinterogasi, apa reaksi Yunus?
" 1:9 Sahutnya kepada mereka: "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan." 1:10 Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: "Apa yang telah kauperbuat?" --sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. 1:11. Bertanyalah mereka: "Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora." 1:12 Sahutnya kepada mereka: "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." (Yunus 1:9-12)
Nah, ini reaksi paling nyeleneh yang pernah saya lihat. Kenapa sih Yunus malah minta dilempar ke laut? Kenapa Yunus gak bertobat saja di kapal? Toh, gak ada perintah juga untuk dilempar ke laut. Orang-orang di kapal juga gak panik langsung ngelempar Yunus, mereka malahan berusaha balik ke daratan dulu dan baru ngelempar Yunus sebagai jalan terakhir (Yunus 1:14). Jadi kenapa dia minta dilempar? Menurut ada satu alasan yang masuk akal: Yunus lebih memilih mati daripada pergi ke niniwe.
Yunus bener-bener gak mau bangsa niniwe selamat dari malapetaka, terlihat dari marah-marahnya setelah Niniwe akhirnya selamat, waktu dia marah-marah dia minta mati juga (Yunus mungkin tokoh yang paling banyak minta mati di alkitab tapi gak mati-mati). Sebenernya sikap Yunus ini tidak terlalu aneh juga, dia punya alasan. Bangsa niniwe memang terkenal sangat kejam dan jahat. Jadi Yunus bersikeras untuk lari dari panggilan dan membiarkan niniwe kena malapetaka karena dia merasa itu adil dan pantas buat bangsa Niniwe.
---------------
Dua alasan diatas membuat kisah Yunus sangat menarik. Karakter Yunus adalah orang yang tahu akan kasih Tuhan, tapi merasa bahwa ada orang-orang tertentu yang tidak layak untuk mendapatkan kasih Tuhan. Dan karena dia sangat meyakini kalau ada orang-orang yang tidak layak (niniwe), dia memilih kabur, dan mati. Sebenernya keteguhan hatinya , meskipun salah tempat, patut dikagumi.
Begitu Yunus nyebur ke laut, Tuhan mengirimkan ikan besar untuk menelan Yunus. Di dalam perut Ikan, Tuhan lagi-lagi menunjukkan kasihNya kepada Yunus. Yunus memanjatkan sebuah doa yang menggambarkan bagaimana dia berseru kepada Tuhan dan Tuhan menolong. Namun pelajaran yang terpenting datang setelah Niniwe bertobat.
Kalau ada satu hal yang Yunus tidak mengerti, itu adalah alasan kenapa Tuhan mengasihi bangsa Niniwe. Seperti kita udah ketahui, setelah bangsa Niniwe bertobat, Yunus marah sekali. Dan jawaban Tuhan akan kemarahan Yunus begitu sederhana "Layakkah engkau marah?" (Yun 4:4b). Tuhan hendak menunjukkan kepada Yunus, bahwa kemarahannya itu tidak layak dan tidak berdasar. Akhirnya Tuhan mengajar Yunus sekali lagi dengan perantaraan pohon dan ulat, yang sangat jelas kalau kita lihat Yunus 4 dari ayat 6 kebawah.
"4:6 Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.4:7 Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. 4:8 Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup." 4:9 Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati." 4:10 Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. 4:11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"
Tuhan mengajar Yunus alasan dari Kasihnya. Tuhan juga mengajar Yunus bahwa kemarahannya itu tidak layak, kenyataannya Tuhan mengasihi juga bangsa-bangsa lain, bahkan yang jahat sekalipun karena kasih Tuhan tidak terbatas pada perilaku manusia.
Apakah Yunus akhirnya belajar dan berubah? Tidak tahu, karena tidak dibahas lagi. Tapi pertanyaan yang lebih pentingnya, apakah kita belajar sesuatu dari hal ini?
Kita hidup dalam zaman perjanjian baru dimana kepenuhan Kasih Tuhan sudah dinyatakan melalui anaknya. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16)
Tapi apakah kita sudah memiliki pengertian yang benar akan kasih Tuhan? Saya tidak akan berbicara soal Tuhan mengasihi semua orang, di perjanjian baru sudah jelas diperintahkan untuk mengasihi musuh kita (Mat 5:44). Jadi itu sudah cukup jelas harusnya. Yang ingin saya bahas disini adalah dalam hidup kita secara pribadi. Bagaimana kita memaknai kasih Tuhan dalam hidup kita? Ini cukup penting untuk dipikirkan.
Banyak orang yang berfokus pada kemarahan dan kekudusan dari Tuhan. Berusaha hidup sekudus-kudusnya, ngomong sebaik-baiknya, punya hati setulus-tulusnya, supaya Tuhan gak marah, supaya kita layak di hadapan Tuhan. Ada juga yang berusaha mengasihi Tuhan sesungguh-sungguh yang dia bisa supaya dirinya dikasihi oleh Tuhan. Hal-hal diatas meskipun dilandasi dengan niat yang baik, itu sangat keliru.
Kisah Yunus menyatakan sifat dari Kasih Tuhan yang tidak bersyarat dimana Tuhan mengasihi kita terlepas dari perilaku kita, dan lewat perjanjian baru kita belajar kalau Tuhan mengasihi kita sewaktu kita masih berdosa. Kasih Tuhan bagi kita itu selalu ada. Tuhan tidak mengasihi kita karena kita lebih dulu mengasihi Dia, Dia mengasihi kita lebih dahulu (1 Yoh 4:19) "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita." Tentu ada keadilan Tuhan waktu kita berdosa, tapi bahkan disaat itu, kasih Tuhan tetap ada buat kita.
Kasih Tuhan seharusnya menjadi fokus utama dari Kekristenan. Karena Kasih, anak-Nya diberikan bagi kita menjadi korban penebusan dosa dan kebenaran kita. Kesadaran kita akan kasih Tuhan itu sangat penting. Karena hanya oleh menerima kasih-Nya kita bisa mengasihi Dia (1 Yoh 4:19), dan hanya karena mengasihi Dia kita bisa hidup kudus dan mentaati perintah-perintahnya "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh 14:15). -amin.
SUMBER: HUMOR GEREJA
Kitab Yunus diawali dengan perintah Tuhan kepada Yunus untuk "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku" (Yunus 1:2), di pasal tiga dijelaskan kalau Tuhan menyuruh Yunus untuk berseru memperingatkan akan penghukuman Tuhan "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." (Yunus 3:4). Bukannya menuruti perintah Tuhan, satu ayat setelah perintah itu disampaikan, Yunus memilih untuk lari dari hadapan Tuhan dan pergi ke Tarsis (Yunus 1:3). Tindakan Yunus menimbulkan suatu konsekuensi yang cukup serius, badai pun datang (Yunus 1:4). Kapal yang ditumpangi Yunus hampir terpukul hancur, orang-orang pun panik luar biasa. Dimana Yunus saat semua orang panik? Dia malah tidur, udah gitu nyenyak lagi tidurnya! (Yunus 1:6)
Nah, mari kita cermati dulu sebentar, tidur-nya Yunus ini sebenarnya suatu hal yang sangat menarik. Coba pikirkan konteksnya, ini adalah perjanjian lama, dimana Kristus belum datang, dan Tuhan berbicara kepada manusia lewat perantaraan nabi-nabinya. Hukuman bagi nabi yang membangkang itu berat sekali dan seringkali datang secara supranatural. Dalam konteks seperti itu, kalau saya di posisi Yunus, saya rasa saya tidak mungkin tidur, mungkin seharian di kapal was-was, ada ombak dikit udah panik, Serem banget! Soalnya udah jelas-jelas melanggar perintah Tuhan. Tapi ini kok Yunus bisa tidur? Ini patut dipikirkan lebih jauh.
Kenapa Yunus bisa tidur begitu nyenyaknya? Ada dua alasan yang saya dapatkan dari kitab Yunus yang membuat karakter Yunus ini sangat menarik.
1. Yunus tahu tentang karakter kasih Tuhan.
Setelah bangsa niniwe bertobat dan malapetaka dari Tuhan tidak terjadi, Yunus marah, bener-bener marah, sampe minta mati pula. Aneh kan, mengingat dia baru saja hampir mati di perut ikan. Kalau kita lihat Yunus 4:1-3 disitu dijelaskan tentang kemarahan Yunus dan sebabnya:
"4:1. Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. 4:2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. 4:3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.""
Saya mendapati hal ini sangat penting, Yunus tahu bahwa Tuhan itu pengasih dan penyayang, bahkan sampai ke bangsa-bangsa lain. Ada banyak tokoh di perjanjian lama yang menggambarkan kasih Tuhan pada umat pilihannya, tapi berapa banyak sih yang menyadari luasnya kasih Tuhan ke bangsa-bangsa lain? Well, Yunus salah satunya, dia sadar betul kalau dia memperingatkan Niniwe, ada kemungkinan Niniwe akan bertobat dan hukuman Tuhan tidak jadi turun.
2. Yunus merasa bahwa tindakannya itu benar.
Balik ke bagian awal tadi, waktu Yunus nyenyak tidur, orang-orang bangunin dia dan membuang undi untuk mencari tahu siapa yang menyebabkan badai dahsyat itu. Yunus pun kena dan diinterogasi, apa reaksi Yunus?
" 1:9 Sahutnya kepada mereka: "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan." 1:10 Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: "Apa yang telah kauperbuat?" --sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. 1:11. Bertanyalah mereka: "Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora." 1:12 Sahutnya kepada mereka: "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." (Yunus 1:9-12)
Nah, ini reaksi paling nyeleneh yang pernah saya lihat. Kenapa sih Yunus malah minta dilempar ke laut? Kenapa Yunus gak bertobat saja di kapal? Toh, gak ada perintah juga untuk dilempar ke laut. Orang-orang di kapal juga gak panik langsung ngelempar Yunus, mereka malahan berusaha balik ke daratan dulu dan baru ngelempar Yunus sebagai jalan terakhir (Yunus 1:14). Jadi kenapa dia minta dilempar? Menurut ada satu alasan yang masuk akal: Yunus lebih memilih mati daripada pergi ke niniwe.
Yunus bener-bener gak mau bangsa niniwe selamat dari malapetaka, terlihat dari marah-marahnya setelah Niniwe akhirnya selamat, waktu dia marah-marah dia minta mati juga (Yunus mungkin tokoh yang paling banyak minta mati di alkitab tapi gak mati-mati). Sebenernya sikap Yunus ini tidak terlalu aneh juga, dia punya alasan. Bangsa niniwe memang terkenal sangat kejam dan jahat. Jadi Yunus bersikeras untuk lari dari panggilan dan membiarkan niniwe kena malapetaka karena dia merasa itu adil dan pantas buat bangsa Niniwe.
---------------
Dua alasan diatas membuat kisah Yunus sangat menarik. Karakter Yunus adalah orang yang tahu akan kasih Tuhan, tapi merasa bahwa ada orang-orang tertentu yang tidak layak untuk mendapatkan kasih Tuhan. Dan karena dia sangat meyakini kalau ada orang-orang yang tidak layak (niniwe), dia memilih kabur, dan mati. Sebenernya keteguhan hatinya , meskipun salah tempat, patut dikagumi.
Begitu Yunus nyebur ke laut, Tuhan mengirimkan ikan besar untuk menelan Yunus. Di dalam perut Ikan, Tuhan lagi-lagi menunjukkan kasihNya kepada Yunus. Yunus memanjatkan sebuah doa yang menggambarkan bagaimana dia berseru kepada Tuhan dan Tuhan menolong. Namun pelajaran yang terpenting datang setelah Niniwe bertobat.
Kalau ada satu hal yang Yunus tidak mengerti, itu adalah alasan kenapa Tuhan mengasihi bangsa Niniwe. Seperti kita udah ketahui, setelah bangsa Niniwe bertobat, Yunus marah sekali. Dan jawaban Tuhan akan kemarahan Yunus begitu sederhana "Layakkah engkau marah?" (Yun 4:4b). Tuhan hendak menunjukkan kepada Yunus, bahwa kemarahannya itu tidak layak dan tidak berdasar. Akhirnya Tuhan mengajar Yunus sekali lagi dengan perantaraan pohon dan ulat, yang sangat jelas kalau kita lihat Yunus 4 dari ayat 6 kebawah.
"4:6 Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.4:7 Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. 4:8 Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup." 4:9 Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati." 4:10 Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. 4:11 Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"
Tuhan mengajar Yunus alasan dari Kasihnya. Tuhan juga mengajar Yunus bahwa kemarahannya itu tidak layak, kenyataannya Tuhan mengasihi juga bangsa-bangsa lain, bahkan yang jahat sekalipun karena kasih Tuhan tidak terbatas pada perilaku manusia.
Apakah Yunus akhirnya belajar dan berubah? Tidak tahu, karena tidak dibahas lagi. Tapi pertanyaan yang lebih pentingnya, apakah kita belajar sesuatu dari hal ini?
Kita hidup dalam zaman perjanjian baru dimana kepenuhan Kasih Tuhan sudah dinyatakan melalui anaknya. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16)
Tapi apakah kita sudah memiliki pengertian yang benar akan kasih Tuhan? Saya tidak akan berbicara soal Tuhan mengasihi semua orang, di perjanjian baru sudah jelas diperintahkan untuk mengasihi musuh kita (Mat 5:44). Jadi itu sudah cukup jelas harusnya. Yang ingin saya bahas disini adalah dalam hidup kita secara pribadi. Bagaimana kita memaknai kasih Tuhan dalam hidup kita? Ini cukup penting untuk dipikirkan.
Banyak orang yang berfokus pada kemarahan dan kekudusan dari Tuhan. Berusaha hidup sekudus-kudusnya, ngomong sebaik-baiknya, punya hati setulus-tulusnya, supaya Tuhan gak marah, supaya kita layak di hadapan Tuhan. Ada juga yang berusaha mengasihi Tuhan sesungguh-sungguh yang dia bisa supaya dirinya dikasihi oleh Tuhan. Hal-hal diatas meskipun dilandasi dengan niat yang baik, itu sangat keliru.
Kisah Yunus menyatakan sifat dari Kasih Tuhan yang tidak bersyarat dimana Tuhan mengasihi kita terlepas dari perilaku kita, dan lewat perjanjian baru kita belajar kalau Tuhan mengasihi kita sewaktu kita masih berdosa. Kasih Tuhan bagi kita itu selalu ada. Tuhan tidak mengasihi kita karena kita lebih dulu mengasihi Dia, Dia mengasihi kita lebih dahulu (1 Yoh 4:19) "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita." Tentu ada keadilan Tuhan waktu kita berdosa, tapi bahkan disaat itu, kasih Tuhan tetap ada buat kita.
Kasih Tuhan seharusnya menjadi fokus utama dari Kekristenan. Karena Kasih, anak-Nya diberikan bagi kita menjadi korban penebusan dosa dan kebenaran kita. Kesadaran kita akan kasih Tuhan itu sangat penting. Karena hanya oleh menerima kasih-Nya kita bisa mengasihi Dia (1 Yoh 4:19), dan hanya karena mengasihi Dia kita bisa hidup kudus dan mentaati perintah-perintahnya "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh 14:15). -amin.
SUMBER: HUMOR GEREJA
COMMENTS